Memahami Permasalahan Tanah Tandus di Indonesia
Indonesia, negara agraris dengan luas lahan pertanian yang luas, nyatanya juga menghadapi permasalahan tanah tandus. Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sekitar 70 juta hektar lahan di Indonesia mengalami masalah kerusakan tanah, 50% di antaranya adalah tanah tandus.
"Tanah tandus adalah tanah yang telah mengalami penurunan produktivitas akibat penggunaan yang tidak berkelanjutan," jelas Dr. Ir. Heri Gumilar, M.Si, ahli tanah dan hutan dari Universitas Padjadjaran. Tanah tandus biasanya ditandai dengan kehilangan lapisan humus, kemerosotan struktur dan tekstur tanah, dan penurunan kesuburan tanah. Situasi ini berakibat pada rendahnya produktivitas lahan dan sulitnya tanaman tumbuh optimal.
Menjelajahi Solusi Bioteknologi untuk Rehabilitasi Tanah Tandus
Meski cukup pelik, permasalahan tanah tandus tak bisa dibiarkan begitu saja. Solusi bioteknologi menjadi harapan baru dalam rehabilitasi tanah tandus. Bioteknologi, berdasarkan penjelasan Prof. Dr. Ir. Didik Suprayogi, M.Si, pakar bioteknologi dari Institut Pertanian Bogor (IPB), adalah penerapan prinsip biologi dan teknologi untuk menciptakan dan memperbaiki produk dan proses.
Dalam hal rehabilitasi tanah tandus, bioteknologi dapat digunakan untuk memperbaiki struktur dan tekstur tanah serta meningkatkan kesuburan tanah. Salah satu caranya adalah dengan teknik bioremidiasi, yakni pemanfaatan mikroorganisme untuk memecah zat-zat berbahaya di dalam tanah.
Sebagai contoh, aplikasi pupuk bio berbasis mikroba dapat membantu memperbaiki struktur tanah dan mengembalikan kesuburan tanah. Mikroba ini berperan sebagai dekomposer, mengubah bahan organik menjadi unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman.
Kedepannya, pemanfaatan bioteknologi untuk rehabilitasi tanah tandus di Indonesia masih memiliki potensi yang besar. Dengan dukungan penelitian yang berkelanjutan dan penerapan teknologi yang tepat, tanah tandus bisa berubah menjadi lahan produktif. Selayaknya sebuah tarian, kerja sama antara alam dan teknologi bisa menciptakan harmoni baru dalam menjaga keseimbangan lingkungan.
Untuk itu, edukasi dan pemahaman masyarakat tentang bioteknologi juga perlu ditingkatkan. Seperti kata pepatah, sambil menyelam minum air. Sembari menjaga lingkungan, kita juga bisa meraih keuntungan dari tanah yang subur. Bukan sesuatu yang mustahil, bukan?